KONSEP HUMANISASI PADA MASYARAKAT DI ERA TEKNOLOGI

Studi Komparasi Pemikiran Erich Fromm

Erisya jannah 1,Nelly nurjannah 2,juanda 3

Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Samawa

 

Abstrak

Artikel ini merupakan studi komparasi pemikiran Erich Fromm mengenai konsep humanisasi. artikel ini menjelaskan keadaan masyarakat di era teknologi dan mengumpulkan sumber data dari karya-karya Erich Fromm, serta sumber lain yang sesuai dengan tema. Dalam studi komparasi, artikel ini mengurai pemikiran Erich Fromm satu persatu secara lengkap. Dalam artikel ini terdapat aspek spiritual dalam mendukung konsep humanisasi. Seperti aspek humanisasi,1) apek pertama yaitu menyangkut sistem manusia dan derajat atau kodratnya  2) aspek pembebasan yang berarti melepaskan belenggu-belenggu teknologi yang menghalangi keaktifan manusia untuk dapat produktif dalam masyarakat dan 2) aspek pemenuhan kebutuhan spiritual yang berkaitan dengan kebutuhan rohani manusia.

Abstract

This article is a comparative study of Erich Fromm’s thoughts on the concept of humanization. This article describes the state of society in the technological era and collects data sources from the works of Erich Fromm, as well as other sources that match the theme. In a comparative study, this article describes the thoughts of Erich Fromm one by one in full. In this article there is a spiritual aspect in supporting the concept of humanization. Such as aspects of humanization, 1) the first aspect, which concerns the human system and its degree or nature, 2) the liberation aspect, which means releasing the shackles of technology that hinders human activity from being productive in society, and 2) the aspect of fulfilling spiritual needs related to human spiritual needs.

Kata Kunci: Humanization, Society, Technology

 

PENDAHULUAN

 

Sumber:astra.files.wordpress.com

 

Menurut Fromm masyarakat di era teknologi sudah mengalami alienasi, yaitu manusia sudah diasingkan dari dirinya sendiri oleh adanya teknologi atau mesin-mesin industri. Industri-industri sudah membuat manusia teralienasi oleh adanya mesin-mesin pengganti tenaga kerja manusia. Mesin-mesin ini awalnya sebagai sarana untuk melayani manusia memperoleh tujuannya, akan tetapi industri membuat manusia melayani mesin-mesin tersebut, manusia bekerja sesuai dengan kerja mesin bukan dari pikiran kreatifnya.

Fromm juga menyatakan bahwa masyarakat sedang mengalami kepasifan, yaitu kondisi manusia yang tidak dapat aktif terhadap keadaan dunianya sendiri, manusia hanya tunduk dan patuh terhadap perkembangan peradaban. Industri selalu memproduksi barang-barang baru mengikuti perkembangan budaya yang tidak memperhatikan kebutuhan dan perekonomian masyarakat, sedangkan media periklanan kerap menawarkan produk-produk yang tidak sesuai dengan realitas yang mempengaruhi pemikiran masyarakat untuk terus membeli agar dapat mengikuti perkembangan zaman.

Fromm mengatakan bahwa manusia sedang mengalami pemasifan, yaitu hanya mengikuti budaya yang ada dan tunduk terhadap realitas. Sedangkan Kuntowijoyo mengatakan bahwa masyarakat sedang mengalami massifikasi atau budaya massa, yaitu pemasaran produk-produk yang dapat diterima oleh masyarakat, sehingga produk-produk itu menjadi standar perkembangan budaya dan manusia cenderung untuk mengikuti perkembangan yang ada di masyarakat agar tidak dianggap terbelakang.6 Budaya massa ini juga merupakan sebuah kepasifan masyarakat, yaitu menerima apa adanya realitas dan hanya mengikuti perkembangan zaman.

Ada dua prinsip yang menurut Erich Fromm mengarahkan semua usaha dan pemikiran setiap orang dalam rencana kerja. Pertama, sebuah prinsip menyatakan bahwa “sesuatu harus dikerjakan jika secara teknis mungkin untuk dikerjakan”, seperti halnya jika menciptakan senjata-senjata nuklir adalah sesuatu yang mungkin bisa diciptakan, maka mereka akan menciptakannya, walaupun akibatnya akan dapat menghancurkan masyarakat. Prinsip tersebut bagi Fromm telah mengabaikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam tradisi humanis, bahwa “sesuatu harus dikerjakan karena dibutuhkan manusia, bagi pertumbuhannya, kebahagiaan dan akal budinya”.

Prinsip yang kedua adalah untuk meningkatkan efisiensi dan produksi. Dalam prinsip ini, setiap efisiensi meningkat, maka akan mempengaruhi setiap individu. Mesin sosial akan dapat bekerja lebih efisien jika individu dapat disederhanakan atau dapat dijadikan unit-unit yang dapat diukur, yaitu kepribadian individu dapat diungkapkan dalam kartu identitas. Unit-unit ini akan dapat dikelola dengan lebih mudah karena mereka tidak melakukan pergerakan yang membahayakan atau berkreasi. Untuk mencapai hal itu, individu manusia akan dididik untuk mendapatkan identitas mereka pada badan hukum, bukan pada diri mereka sendiri.

Erich Fromm juga menjelaskan mengenai kemungkinan-kemungkinan yang akan di hadapi oleh masyarakat di era teknologi, yaitu yang pertama adalah bahwa manusia akan terus dibimbing oleh sesuatu yang telah mereka ciptakan, yang sebenarnya akan berdampak pada kegelisahan-kegelisahan bagi seluruh sistem. Dalam artian teknologi memberikan rasa ketergantungan pada manusia. Kemungkinan keduanya adalah usaha untuk merubah arah tersebut dengan revolusi kekuatan pada seluruh sistem, dan kemungkinan yang ketiga adalah humanisasi sistem. Dengan cara ini masing-masing manusia dapat mengabdikan hidupnya pada tujuan kesejahteraan dan pertumbuhan atau perkembangan manusia.6 Manusia merupakan tujuan dan tidak seharusnya dijadikan sebagai sarana, produksi material adalah untuk manusia dan bukan sebaliknya, tujuan dari hidup adalah mengembangkan kekreatifan manusia, dan tujuan sejarah adalah perubahan pada masyarakat yang dapat menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran.

Selanjutnya Fromm juga mengutarakan beberapa perencanaan sebagai humanisasi pada masyarakat era teknologi. Pertama, perencanaan mengenai sistem manusia dan yang didasarkan atas norma-norma yang berasal dari pemeriksaan terhadap berfungsinya manusia secara optimal. Selanjutnya yang kedua, adalah pengaktifan individu melalui metode-metode aktifitas dan tanggung jawab pada tindakan sosialnya dengan merubah metode-metode birokrasi yang mengasingkan. Kemudian yang ketiga adalah merubah pola dasar konsumsi ke arah konsumsi yang meningkatkan keaktifan dan mengurangi “kepasifan”, dan yang ke empat adalah kemunculan bentuk-bentuk orientasi dan kesetiaan psikospiritual baru yang sama dengan sistem religious masa lalu.

PEMBAHASAAN

Dalam upaya memanusiawikan masyarakat yang saat ini berada dalam era teknologi, Fromm mengusulkan suatu konsep yang memuat beberapa perencanaan, yang dimungkinkan sebagai sebuah solusi humanisasi pada masyarakat era teknologi. Beberapa perencanaan tersebut adalah Perencanaan yang bersifat humanis (humanistic planning), pengaktifan individu (activation), konsumsi yang humanis (humanized consumption), dan mengembangkan psikospiritual (psychospiritual renewal), yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Perencanaan yang Bersifat Humanis (Humanistic Planning)

Perkembangan peradaban dari revolusi industri telah banyak memunculkan tenaga mekanik yang bertujuan mempermudah kinerja manusia. Pada dunia pabrik industri misalnya yang kini dalam memproduksi barang sudah tidak lagi manual, melainkan sudah memakai mesin produksi. Tenaga mesin tersebut membantu pekerja sehingga pekerjaan lebih efisien dan produksi barang menjadi lebih banyak. Akan tetapi para pekerja secara tidak sadar harus mengikuti kerja dari mesin produksi tersebut. Pekerjaan mereka dikontrol oleh sistem dari kerja mesin produksi, dan pekerja harus bekerja sesuai dengan kerja mesin, bukan dengan kreativitas mereka. Peran teknologi bukan lagi melayani manusia melainkan sebaliknya, manusia yang melayani teknologi. manusia menjadi teralienasi atau terasingkan dari dunianya sendiri.

Menurut Fromm masyarakat perlu adanya perencanaan yang humanis, yaitu mencakup sistem-sistem manusia yang harus disesuaikan dengan norma dan nilai-nilai yang terdapat dalam hak dan kewajiban manusia yang juga harus dioptimalkan.14 Perencanaan yang humanis ini juga berkaitan dengan peran mesin-mesin teknologi yang harus digunakan sesuai dengan fungsinya dalam sistem sosial masyarakat. Manusia harus menjadikan teknologi sebagai alat untuk meraih tujuannya, yaitu dengan mengelola atau menjalankan sistem pada teknologi dan bukan sebaliknya. Dengan demikian, teknologi dapat membantu manusia untuk berkembang secara optimal dengan tidak mengurangi nilai-nilai kemanusiaan.

  1. pengaktifan Individu (Activation)

Teknologi informasi sudah banyak digunakan oleh masyarakat di berbagai kalangan. Dengan teknologi informasi, manusia dengan mudah mendapatkan informasi dari seluruh dunia, yaitu lewat televisi, handphone, dan sebagainya. teknologi tersebut dapat membawa manusia dalam kepasifan atau tidak produktif, yaitu manusia hanya menerima informasi, mengikuti pesan-pesan yang disampaikan tanpa berkontribusi secara aktif. Manusia percaya dengan apa yang diterima dan yang dimilikinya sendiri, sehingga manusia menjadi tergantung terhadap teknologi yang menurutnya sudah membuat kehidupan menjadi lebih nyaman.

Fromm dalam buku ” To Have or To Be” menyatakan bahwa manusia memiliki dua modus eksistensi, yaitu modus “memiliki” dan modus “menjadi”. Modus eksistensi “memiliki” dapat dikaitkan dengan hak milik pribadi, yang terpenting bagi pribadi adalah mendapatkan harta milik dan hak yang tidak terbatas untuk mempertahankannya, tanpa campur tangan orang lain.20 Eksistensi “memiliki” cenderung untuk menguasai dan menganggap segala sesuatu adalah objek, dan menurut Fromm hal tersebut merupakan sebuah kepasifan, karena segala keputusannya tidak ditentukan dari dalam dirinya. Kondisi tersebut akan memunculkan kecemasan dan khawatir akan kehilangan segala yang dimilikinya.

Sedangkan modus eksistensi “menjadi” adalah memiliki sifat mandiri, bebas, memiliki penalaran yang kritis dan juga aktif dalam arti produktif. Manusia dituntut untuk tidak hanya memunculkan modus eksistensi “memiliki”, tapi juga harus bisa memunculkan modus eksistensi “menjadi”, yang berarti manusia dituntut untuk menjadi aktif, yaitu dapat menuangkan kemampuan atau bakatbakat manusiawinya secara produktif.22 Sikap aktif manusia bisa berkembang dengan baik jika manusia mampunyai kemandirian dan sadar akan kebebasannya.

  1. c) konsumsi yang Humanis (Humanized Consumption)

Di era sekarang ini banyak berdiri perusahaan-perusahaan besar yang menguasai bidang perekonomian. Umumnya perusahaan-perusahaan besar mencari keuntungan dari penjualan produk-produknya, yaitu dengan mempromosikan produknya lewat iklan atau lewat media sosial. Perusahaan akan membuat produk-produk baru untuk menarik minat pembeli dan untuk menambah keuntungan dalam perusahaannya. Akan tetapi dalam mempromosikan produknya, perusahaan tidak memandang ekonomi masyarakat, yang terpenting baginya adalah keuntungan yang bisa diambil dari penjualan produk. Masyarakat dengan ekonomi rendah akan kesulitan jika mengikuti pasar, akan tetapi masyarakat juga tidak ingin dikatakan terbelakang. Perusahaan akan selalu memproduksi barang baru, dan masyarakat juga akan selalu mengkonsumsi tanpa mempertimbangkan kondisi perekonomiannya.

Bagi Fromm, masyarakat perlu untuk merubah pola dasar konsumsi yang harus mengikuti perkembangan pasar, dengan konsumsi yang dapat membuatnya menjadi semakin aktif atau produktif.Fromm mengajukan beberapa saran sebagai upaya untuk mengarahkan masyarakat pada konsumsi yang humanis, yaitu pertama perlu adanya suatu studi mengenai tindakan konsumen dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Ada dua jenis kebutuhan dalam hidup, yaitu kebutuhan yang dapat menjadikan hidup lebih berkembang atau kebutuhan-kebutuhan manusiawi, dan kebutuhan yang menghalangi perkembangan hidup atau kebutuhan sintetik, yaitu yang dipengaruhi oleh industri untuk keuntungannya sendiri.

  1. d) pembaruan Psikospiritual (Psychospiritual Renewal)

Sejak revolusi industri, tidak hanya bidang industri saja yang mengalami perkembangan, banyak bidang-bidang kehidupan juga mengalami perkembangan mengikuti perkembangan industri. Seperti halnya bidang pendidikan, yang memunculkan keilmuan-keilmuan baru mengikuti perkembangan teknologi. Perkembangan ini mempengaruhi budaya dan agama masyarakat. Menurut Fromm, nila-nilai agama juga harus dapat mengikuti perkembangan, karena bentuk keagamaan yang dulu kurang efektif dan dapat hilang dari perkembangan peradaban.

Manusia memiliki suatu sistem, dan sistem itu akan berfungsi dengan baik jika kebutuhan materi dan kebutuhan spiritualnya terpenuhi. Sistem manusia akan tidak berfungsi dengan semestinya jika hanya kebutuhan-kebutuhan materinya saja yang dipenuhi, karena hal itu hanya akan menjamin kelangsungan hidup dari segi fisiknya. Sedangkan untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan khususnya seperti cinta, kasih sayang, bahagia, dan lain-lain, manusia juga harus memenuhi kebutuhan spiritual yang terdapat di dalam agama atau kepercayaan mereka.31 Manusia perlu adanya Tuhan sebagai tujuan dan dasar nilai-nilai yang efektif, dan sebagai solusi bagi setiap masalah eksistensi manusia agar menjawab kebutuhan manusia akan arti kehidupan.

Fromm memahami bahwa agama merupakan “suatu sistem pikiran dan tindakan yang dilaksanakan bersama oleh suatu kelompok yang memberikan individu suatu kerangka orientasi dan suatu objek pengabdian.Manusia merupakan suatu wujud yang dianugerahi tubuh dan jiwa, manusia akan bereaksi jika ada suatu pertentangan dengan eksistensinya, baik dalam hal berfikir, perasaan, tindakan, dan juga dalam proses kehidupan. Oleh karena itu manusia membutuhkan orientasi yang dapat membuat keseimbangan di kehidupannya, baik unsur-unsur intelek maupun unsur-unsur perasaan, yang nantinya akan diterapkan dalam tindakan-tindakannya.

Maksud dari pengabdian di sini adalah suatu kekuatan yang melebihi manusia yaitu Tuhan. Pengabdian ini merupakan suatu ekspresi dari kebutuhankebutuhan tersebut, sebagai bagian yang melengkapi proses kehidupan. Kerangka atau sistem orientasi dan suatu pengabdian termasuk dalam kebutuhan manusia, yang hakikatnya adalah bagian dari eksistensi manusia. oleh karena itu kebutuhan tersebut merupakan sumber kekuatan bagi keseimbangan eksistensi manusia.

Keempat konsep ini menurut Fromm merupakan sebuah harapan bagi masyarakat di era teknologi untuk mengatasi masalah-masalah eksistensinya. Konsep-konsep tersebut mencakup tindakan individu dan sosial, karena untuk dapat memperbaiki masyarakat perlu terlebih dahulu membenahi individunya. Konsep humanisasi Erich Fromm memuat tiga aspek, yaitu Humanisasi, Pembebasan, dan pemenuhan kebutuhan spiritual.

Konsep humanisasi menurut erich froom

Konsep humanisasi Erich Fromm merupakan sebuah perencanaan yang menurutnya dapat mengembalikan derajat manusia. Fromm menggunakan perencanaan yang bersifat humanis sebagai upaya memanusiawikan manusia, yaitu dengan menyadarkan manusia sebagai bagian dari keseluruhan sistem kehidupan. Manusia yang harus mengendalikan teknologi bukan sebaliknya. Manusia harus menjadi bagian dari perencanaan seluruh sistem, sehingga manusia dapat mengelola sistem dan dapat merencanakan kesejahteraannya.

Sebagai upaya pembebasan, Fromm mengusulkan konsep pengaktifan individu serta mengelola konsumsi yang humanis. Pengaktifan individu berarti masyarakat dituntut untuk aktif dalam menyikapi realitas, dan berkesempatan untuk ikut menyelesaikan masalah-masalah sosial. Masyarakat harus produktif, dengan tidak hanya mengikuti perkembangan zaman, tetapi juga ikut terlibat dalam perubahan zaman.16 Sebagaimana dalam hal konsumsi, masyarakat juga harus dapat produktif, yaitu dengan tidak mengikuti perkembangan pasar, melainkan dapat memilah antara kebutuhan dan keinginan. Konsumsi yang manusiawi adalah yang membeli sesuai dengan kebutuhan, tidak membeli sesuai keinginan, atau mengikuti pasar.

Bagi Fromm sistem manusia tidak akan lengkap jika hanya kebutuhan materinya saja yang dipenuhi.21 Manusia juga harus memenuhi kebutuhan spiritualnya, yaitu yang terdapat di dalam kerangka orientasi agama yang dianutnya. Kerangka orientasi tersebut merupakan bagian dari eksistensi manusia yang harus dipenuhi, agar tercipta keseimbangan dalam eksistensi manusia.

Secara garis besar konsep humanisasi yang dibawa oleh Fromm juga memiliki tiga aspek, yaitu Humanisasi, pembebasan, dan pemenuhan kebutuhan spiritual. Aspek yang pertama menyangkut sistem manusia dan derajat atau kodratnya. Fromm dan Kuntowijoyo sepakat bahwa derajat manusia lebih tinggi dari benda-benda teknologi, oleh karenanya tidak seharusnya manusia tunduk pada teknologi. Manusia harus memiliki peran dalam pengelolaan sistem kehidupan, karena manusia juga merupakan bagian dari keseluruhan sistem. Manusia yang hanya mengikuti sistem akan terkikis derajatnya, dan dapat kembali jika manusia telah menyadari eksistensinya. Manusia juga harus menyalurkan kebaikan lewat perencanaan sistem yang baik, sehingga nantinya dapat mensejahterakan masyarakat.

Aspek yang kedua adalah pembebasan, yang berarti melepaskan belenggu-belenggu teknologi yang menghalangi keaktifan manusia untuk dapat produktif dalam masyarakat. Fromm dan Kuntowijoyo mengajak pada masyarakat untuk bersikap kritis terhadap realitas, agar terhindar dari hal buruk yang dapat menghilangkan sifat-sifat kemanusiaannya. Masyarakat juga dituntut untuk aktif dalam arti produktif, yaitu memiliki sumbangsih terhadap perubahan sosial, tidak hanya patuh dan mengikuti budaya massa, akan tetapi memiliki kemandirian. Dengan menjadi aktif, maka manusia sudah berupaya mencegah keburukan dalam dirinya dan juga pada orang lain, sehingga masyarakat tidak mudah terpengaruhi oleh sesuatu yang baru dari teknologi.

Aspek yang ketiga adalah pemenuhan kebutuhan spiritual, atau berkaitan dengan kebutuhan rohani manusia. Fromm dan Kuntowijoyo menganggap masyarakat di era teknologi lebih banyak condong pada kebutuhan materinya, dan kurang memperhatikan kebutuhan spiritualnya. Kondisi tersebut menyebabkan manusia rapuh dan mudah terpengaruh oleh dunia luar. Kebutuhan spiritual merupakan penyeimbang sistem manusia, yang menyangkut rasa seperti kasih sayang, bahagia, cinta dan sebagainya. Manusia perlu mendekatkan diri kepada Tuhan, karena dari-Nya manusia mendapat rahmat. Dengan mendekatkan diri kepada Tuhan, manusia juga akan merasakan ketentraman dalam hidupnya.

KESIMPULAN

Fromm menawarkan konsep humanisasi yang dapat mengembalikan derajat manusia Konsep humanisasi yang ditawarkan oleh Fromm adalah perencanaan yang bersifat humanis yang berkaitan dengan sistem manusia, pengaktifan individu yang berkaitan dengan produktifitas manusia dalam masyarakat, konsumsi yang humanis, yaitu konsumsi yang sesuai kebutuhan, dan mengembangkan psiko-spiritual, yaitu berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan rohaniah.

Fromm memiliki konsep humanisasi yaitu Humanisasi, pembebasan, dan pemenuhan kebutuhan spiritual. Fromm berencana memanusiakan kembali dengan menyadarkan manusia akan derajatnya yang lebih tinggi dari benda-benda teknologi. Mereka ingin membebaskan masyarakat dari belenggu-belenggu teknologi, dengan mengajak masyarakat untuk dapat kritis terhadap realitas, dan setiap manusia dapat produktif di masyarakat. Mereka juga merasa masyarakat perlu mencukupi kebutuhan spiritual, agar tidak mudah terpengaruh oleh dunia luar, dan menyeimbangkan eksistensinya

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Fromm, Erich, The Revolution of Hope. terj. Kamdani, Revolusi Harapan; Menuju Masyarakat Teknologi yang Manusiawi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.

Fromm, Erich, The Sane Society. Terj. Bambang Murtianto, Masyarakat yang Sehat,. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *