Pondok Modern Al-Hikmah Utan Gelar Shalat Idul Adha dan Potong Hewan Kurban

Sumbawa-Besar,Ai9News.id–Pondok Modern Al Hikmah Utan menggelar shalat Idul Adha 1445 H, Senin  ,(17/6), bertempat di Lapangan Hijau, Lingkungan Pondok tersebut.

Prosesi Shalat Idhul Adha berlangsung dengan khidmad  yang diikuti oleh seluruh Santri dan santriwati serta wali santri yang berasal dari Kecamatan Utan.

Bertindak sebagai Imam Ustad Imam Sudarmono, M.Ag sedangkan sebagai Khatib, Ustad Syafuddin, M.Pd.
Khatib dalam khutbahnya menyampaikan  peringatan hari raya idul adha atau disebut juga hari raya korban ini, kita diajak untuk mengenang sejarah/ peristiwa yang begitu besar yang dialami oleh nabi Ibrahim AS beserta keluarganya.

” Sebagaimana kita maklumi, Nabi Ibrahim AS adalah seorang Nabi dan Rasul paling mulia dan paling utama sesudah Nabi Muhammad SAW. Tidak kurang dari 82 kali Allah SWT menyebut nama Ibrahim di dalam al-Qur’an. Beliau adalah seorang Nabi dan Rasul yang ikhlas mengorbankan putranya Nabi Ismail AS, semata-mata untuk memperoleh ridla-Nya, sehingga Allah SWT memberikan predikat kepadanya sebagai “Khalilullah” (kekasih Allah).
وَاتَّخَذَ اللّٰهُ اِبْرٰهِيْمَ خَلِيْلًا
Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya (QS al-Nisa’: 125),” jelas Syafruddin.

Perintah peyembelihan terhadap anak tercintahnya, lanjut khatib,  adalah merupakan salah satu perlambang bahwa nabi Ibrahim AS, dapat memisahkan antara kehidupan yang berutal dan tidak berperikemanusiaan, penyembelihan Ismail yang kemudian diganti dengan seekor kibas atau kambing merupakan, tanda bahwa semenjak itu, tidak ada lagi proses penyembahan, mengorbankan manusia, yang biasanya dilakukan oleh orang-orang jahiliyah atau bahkan oleh orang-orang jaman sekarang yang sesat,  karena manusia adalah makluk yang mulia, yang tak pantas untuk dikorbankan secara Cuma-Cuma, meskipun dilakukan dengan suka rela.

Allah SWT sendiri yang tidak memperbolehkanya dengan cara Allah ganti Ismail dengan se ekor kibas atau kambing, itulah hal yang harus dikenang dari nabi Allah Ibrahim AS, sebagai umat manusia yang beriman dan peristiwa berkorban ini diabadikan dalam Al-Qurán (Qs. As Shofaat: 102-107)
لَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ ۝١٠٢
“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya,
(Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail)
menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah)
kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”

Kemudian Pelajaran berharga lainya yang kita bisa teladani dari Nabi Ibrahim ‘alaihis salam adalah bahwa Nabi Ibrahim ingin sekali anaknya menajdi anak yang sholeh seperti doa Nabi Ibrahim AS
Rabbi hab li minasshalihin.
Ya Allah berilah kami anak-anak yang soleh.

Nabi Ibrahim meminta anak yang soleh. Bukan anak yang pintar. Bukan anak yang kaya raya. Bukan anak yang punya jabatan luar biasa. Bukan anak yang punya pangkat setinggi langit. Karena apalah arti anak yang kaya, anak berpangkat dan jabatanya tinggi, anak yang pintar tapi mereka tidak soleh. Untuk mewujudkan anak yang soleh, tentu bukan hal yang mudah.

Sekiranya ada 2 hal yang menjadi perthatian kita.
Yang Pertama: keluarga, keluarga adalah hal utama dan pertama dalam mewujudkan anak soleh. Jangan remehkan peran keluarga. Anak yang soleh dan solehah, pasti tidak luput dalam pendidikan keluarga sejak dini seperti dilakukan Nabi Ibrahim dan Siti Hajar. Keduanya berjibaku membentuk karakter Ismail sedemikian rupa. Mereka mengajarkan pendidikan agama pada Ismail sejak dini.
Kemudian yang Kedua, memberi keteladanan (uswah) dalam hal ini adalah lingkungan yang baik. Maka anak-anak sekalian, kita bersyukur bisa berada pada lingkungan yang baik yaitu di pesantren ini, yang jauh dari hirup pikup zaman yang sangat membahayakan, dimana pergaulan bebas terjadi dimana-mana ,dan tidak sedikit berita yang kita dengar ada anak yang tegah membunuh orang tuanya, anak-anak yang masi usia sekolah suda tercandu narkobah, ngebut-ngebutan yang akhirnya nyawa melayang, atau yang keseharianya hanya dihabiskan dengan main game online, (main HP) nauzubillah semoga kita terhindar dari lingkungan yang rusak ini.

Peristiwa berkorban yang dialamai oleh nabi Ibrahim AS dan nabi ismail AS yang mampu melewati ujian yang diberikan Allah kepada mereka, yang sebagian kita mungkin nyatanya tidak masuk akal, bagaimana seorang bapak mau dan tega menyembelih anak satu-satunya, anak yang lama di idam-idamkan buah dari perkawinannya dengan siti hajar, harus di sembelih. Tapi karena keimanan yang kuat yang dimiliki oleh nabi Ibrahim AS, kecintaan kepada Allah SWT mampu mengalahkan kecintaan kepada apapun juwa termasuk kepada putra kesayangannya.
Inilah yang yang harus kita teladani dari peristiwa pengorbanan nabi Ibrahim AS yang  oleh Umat Islam diperingati setiap tahunnya lewat momentum hari raya idul adha atau hari raya korban, bahwa kecintaan kita kepada Allah harus lebih besar dari pada kecintaan kita kepada isi dunia ini.

Kalau nabi Ibrahim mengorbankan anaknya sebagai tanda cintanya  kepada Allah Maka pertanyaannya, apa yang akan kita korbankan sebagai  tanda kita cinta kepada Allah SWT. Setidaknya kaum musllimin rahimakumullah, esensi dari pada korban itu buat kita adalah membuang rasa sombong, merasa lebih baik dari yang lain, lebih mampu dari yang lain dan sifat tamak serta takabbur, sifat malas yang juga selama ini mungkin melekat pada diri kita, malas untuk belajar, malas untuk beribadah, ingin keluar dari pondok ini, dan tidak mau megikuti disiplin yang suda ditetapkan,. Maka lewat momentum hari raya korban inilah, kita mampu menghilangkan sifat syethoniah itu dari diri kita.

Setidaknya Dengan cara mengorbankan waktu muda kita yang mungkin sesusia kita diluar sana dipergunakan untuk berpoya-poya untuk hepy-hepy saja, yang punya hp, main hp seharian, yang punya motor, berkeliaran, ngebut ngebutan, yang tidak ada manfaatnya sama sekali, bahkan membahayakan diri sendiri dan orang lain. dan kita yang disini yang dipilih oleh Allah untuk tetap bersabar berada dipondok ini, belajarlah yang rajin, jangan ada yang lari atau keluar.

Setidaknya inilah yang kita contoh dari Ismail As sebagai anak, yang taat kepada orang tuanya, ingin membahagiakan orang tua dan taat kepada aturan pondok serta meningkatkan ibadah kepada Allah.

Usai pelaksanaan Shalat, dilanjutkan dengan pemotongon hewan kurban yakni sebanyak 2 ekor sapi dan 5 ekor kambing, yang selanjutnya di bagi ke warga sekitar Pondok.(ikh)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *