Opini : KAUM MILENIAL DITENGAH ARUS POLITIK

Nama : Fitriani
Ilmu Pemerintahan Semester 6
Fakultas Ilmu Sosial
Deras dan cepatnya arus informasi lewat teknologi jadi keuntungan sendiri. Apalagi memasuki tahun politik. Banyak isu diotak-atik. Mulai dari pujian sampai kritik. Semua mudah dilakukan lewat media sosial. Sasaran empuknya adalah pemilih milenial.
Mesin partai politik bergerak. Membombardir dengan beragam konten kampanye. Bergerak cari massa melalui dunia maya. Anak muda di usia produktif diharapkan terpengaruh. Menjadi melek politik dan tergerak untuk mendukung.
Generasi milenial sudah paling paham soal media sosial. Mereka terdepan dan haus informasi. Belum lagi segudang masalah Indonesia tak kunjung usai. Mulai dari lapangan pekerjaan, stabilitas ekonomi hingga infrastruktur. Keadilan infrastruktur masih belum merata. Semua terpusat di kota. Sementara wilayah pelosok Indonesia masih banyak yang belum dibangun.
Masalah kesenjangan salah satunya. bukan cuma kesenjangan ekonomi. Kesenjangan infrastruktur juga jadi perhatian. Sebab pembangunan masih terpusat di kota. Belum lagi utang Indonesia ke luar negeri terus bertambah
Sikap apolitis masih terasa di milenial dengan perdebatan politik. Saling menyudutkan satu sama lain membuatnya jengah. Apalagi saat pesta demokrasi 5 tahunan ini. Publik terus menerus disuguhkan adu argumen. Baik dalam ruang diskusi maupun saling singgung lewat media.
Bosan menjadi penonton debat politik, membuat dia enggan jadi politisi. Sudah muak dan pusing melihat berbagai pencitraan. Sikap ini jadi identitas kebanyakan milenial. Menyukai sesuatu praktis dan instan. Sehingga baginya, pemimpin era milenial haruslah melek teknologi dan tahu keinginan rakyat.
Milenial juga tak butuh janji manis. Mereka butuh bukti. Pembangunan Indonesia belum rata. Terpusat di kota saja. Sehingga jadi kepala negara tidaklah mudah. Melainkan tulus bekerja untuk melayani rakyat.
Di tengah tahun politik ini, sebagai milenial menginginkan sosok pemimpin ‘zaman now’. Pemimpin yang bisa memahami keinginan rakyat sepenuhnya. Memenuhi hak kaum marjinal juga tak luput dari perhatiannya. Sebab dia menyadari betul kelompok minoritas suka terabaikan.
Memperbaiki Indonesia di masa depan memang bukan sekedar tugas pemimpin. Rakyat juga harus mendukung. Dengan berbagai cara. Kondisi ini disadari para milenial. Namun, terkadang tidak sesuai dengan dunia nyata. Sebagai generasi muda, sudah seharusnya memiliki segudang cita dan giat berusaha. *)